Sabtu, Desember 12, 2009

OUR OBSERVATION, OUR REGARD


Tepat pada tanggal 1 Desember 2009,Selasa, masyarakat seluruh penjuru dunia menggelar hari AIDS, dan kota Malang pun tak ingin kehilangan moment penting tersebut. Malang sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah kota Surabaya, menyebutkan bahwa angka penderita HIV AIDS pada setiap tahunnya mengalami peningkatan dan kota Malang sendiri menjadi kota kedua dengan penderita AIDS terbanyak setelah Surabaya.


Bertepatan dengan moment tersebut, saya dan beberapa teman tidak ingin kehilangan moment ini. Kami pun meluncur dengan secepat kilat, mencari apa yang terjadi, merekan sejumlah aktivitas mereka, medokumentasikan apa yang mereka katakan, dan mengamati apa yang mereka lakukan. Dengan semangat yang masih membara dan rasa keingintahuan yang tinggi, kamipun memberanikan diri untuk mewawancari mereka. Hal ini justru dapat melatih kemampuan kita dalam hal komunikasi. Banyak hal yang sungguh baru dan mampu memberikan surprice bagi kami. Fakta dilapanngan dan fenomena sosial sungguh menggoda rasa penasaran kami. Hal tersebutlah yang akan kita ungkap dan kita identifikasi, sehingga observasi ini memiliki makna. Ada beberapa fakta yang dapat kami tangkap, salah satunya adalah mereka yang waria dan guy dalam orasinya terlihat sangat bersemangat, mereka justru yang banyak meneriakkan orasi-orasi anti AIDS. Mengapa demikian? Apa motivasi mereka? Mengap mereka terkesa lebih peduli daripada yang lainnya?


Nah, salah satu bentuk kepeduliaan terhadap penderita HIV AIDS, para aktivis GANDA (Gerakan Anti Sadar Narkoba dan AIDS) dari UMM (Universitas Muhammadiyah Malang), Indonesia Unite, Radio Solagracia berorasi keliling dari Museum Brawijaya hingga Bundaran Tugu di depan Balai Kota. Aksi mereka juga dilanjutkan dengan membagi bunga mawar merah serta stiker HIV AIDS sebagai symbol kepeduliaan mereka.. Aksi tersebut merupakan kegiatan rutin yang digelar oleh IWAMA (ikatan waria malang). Sejumlah waria dan beberapa komunitas guy tampak bersemangat mengikuti kegiatan tersebut. Di siang hari yang terik dan jalanan menjadi agak sedikit macet, para waria dan komunitas guy terlihat masih semangat meneriakkan Hal ini menunnjukkan bentuk kepedulian mereka terhadap penyakit yang tidak dapat disembuhkan ini. Sempat disinggung oleh Mbak Merlyn (ketua IWAMA) bahwasannya jika kita benar-benar peduli dan membuka mata, maka yang harus kita lakukakn adalah “JAUHI PENYAKITNYA BUKAN ORANGNYA”. Just AVOID The Virus,Not The People”. Dalam penegasan kalimat tersebut sudah sangat jelas dan mampu menyadarkan kita semua bahwasannya korban AIDS bukanlah sesuatu yang harus dianggap sebagai momok. Seorang yang telah terjangkit HIV AIDS, bukan berarti mereka tidak boleh untuk mendapatkan kesempatan berinteraksi denngan orang lain, di ahanyalah salah satu korban dan mereka juga perlu dukungan moril dari oranng-orangn disekitarnya. Kebanyakan dari masyarakat awam, berpresepsi bahwa koraban AIDS adalah suatu bencana besar ’big disaster’ yang harus diasingkan agar tidak menular pada orang disekitarnya.. Saya rasa hal tersebut merupakan sikap yang kuranng bijaksana. Mengapa demikian? Karena kita terlalu cepat men’judgement’ bahwa korban AIDS adalah suatu momok. Tanpa sadar kita sudah menutup mata tentang keberadaan mereka, kita menjadi seorang yang apatis. Padahal jika kita mau mengidentifikasi mengapa dan bagaimana AIDS bisa menular, justru kita akan membuka mata kita bahwa mereka juga manusia yang butuh kasih sayang. Mereka hanya korban, mereka tidak berhak untuk kita jauhi, kita yang seharusnya lebih memahami mereka, kita yang seharusnya peduli “aware” dan merangkul mereka. Dan yang harus kita jauhi adalah penyakitnya. Ada beberapa tindakan preventif yang dapat menghindarkan kita terjangkit HIV AIDS. Nah justru dengan kita menggalakan tindakan pencegahan tersebut, secara otomatis penderita HIV AIDS akan mengalami penurunan meskipun butuh waktu yang cukup panjang. Namun setidaknya kita sudah melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Hal tersebut sudah sangat berarti daripada kita DO NOT NOTHING..


Banyak hal yang dapat kami petik dari observasi ini, salah satu diantaranya adalah bagaimana kita harus menyikapi virus AIDS ini, bentuk kepedulian yang sangat mahal harganya, justru mengapa kita yang “normal” kok tidak sepeduli mereka? Mengapa kita bersikap apatis? Padahal kita tahu AIDS ini tidak dapat disembuhkan. Mengapa kita lebih peduli dengan kepentingan kita sendiri? Tidakah kita meebuka mata, melihat sebuah realita yang seharusnya dapat mengasah kepekaan kita?? Lalu dimana letak hati nurani kita?? SILAHKAN DIRENUNGKAN…!!!!SUDAHKAH SAYA BERSIKAP “AWARE” TERHADAP ORANG LAIN??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar